Sistem perbankan internet tidak
sepenuhnya aman dari tindak kejahatan ataupun kesalahan sistem yang
merugikan nasabah. Ketertutupan perbankan demi menjaga kredibilitas dan
kepercayaan nasabah membuat kasus-kasus perampokan melalui internet
banyak yang tidak dilaporkan kepada polisi.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Tim
Insiden Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia (ID-SIRTII) M
Salahuddien Manggalany seusai seminar ”Pencegahan Perampokan di
Internet Banking” dan peluncuran XecureBrowser di Jakarta, Rabu (20/10).
Berdasarkan pantauan ID-SIRTII, upaya
gangguan terhadap sistem perbankan internet (internet banking) bisa
mencapai puluhan kali per situs dalam satu hari. Kasus hanya terungkap
apabila korban mengumumkan kerugiannya kepada publik.
Konsultan Senior Keamanan Internet
Gildas Deograt-Lumy mengatakan, titik yang paling mudah diserang dalam
sistem perbankan internet adalah nasabah. Selain karena pengamanan
sistem di bank lebih baik, komputer yang digunakan nasabah umumnya
dipakai untuk berbagai hal sehingga rentan diserang dan dikontrol pihak
lain.
Apabila perampok berhasil mencuri
sertifikat digital nasabah, sistem keamanan bank tidak akan mampu lagi
melindungi data nasabah. Pihak yang mencuri data rekening nasabah itu
akan bertransaksi melalui internet dengan bank tanpa pemilik rekening
asli menyadarinya.
Sistem transfer antarrekening melalui
internet umumnya tidak ada batasan, berbeda dengan transfer melalui
anjungan tunai mandiri yang dibatasi. Karena itu, rekening nasabah bisa
dikuras habis oleh perampok lewat internet.
Menurut Gildas, banyak bank yang alamat
situs perbankan internetnya tidak jelas dan berbeda jauh dengan nama
banknya. Hal ini membuat nasabah tidak memiliki rujukan pasti alamat
situs perbankan internet.
Untuk membantu nasabah melindungi
transaksinya melalui perbankan internet, XecureIT meluncurkan
XecureBrowser yang bisa diunduh secara gratis di http://www.xecureit.com/xb. Alat ini bisa digunakan untuk bertransaksi perbankan lewat internet pada 30 bank di enam negara.
”Maksimal, XecureBrowser hanya bisa
melindungi keamanan data nasabah selama transaksi internet banking
hingga 50 persen. Namun, itu jauh lebih baik daripada mengakses
langsung situs internet banking-nya,” katanya.
Proses pengembangan peranti lunak ini
lebih lanjut diperkirakan akan mampu melindungi nasabah hingga 80
persen. Peranti ini tidak bisa melindungi nasabah secara penuh karena
teknik gangguan yang dikembangkan perampok jauh lebih cepat.
Sayangnya, menurut Salahuddien,
perbankan nasional enggan untuk diajak mengembangkan peranti lunak
tersebut. Jika mengakomodasi peranti lunak tersebut, itu sama dengan
mengakui bahwa sistem keamanan perbankan saat ini lemah.
Praktisi teknologi informasi, Onno W
Purbo, menyarankan agar peranti lunak tersebut dipasarkan ke pasar
internasional terlebih dahulu. Secara psikologis, perbankan nasional
baru mau menggunakan sebuah sistem baru jika sudah digunakan secara
internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar